Tasbih Digital Elektronik
-Saiz kecil mudah dibawa kemana-mana..
-Menggunakan bateri saiz AAA..
-Pergiraan sehingga 10,000
-RM30 termasuk pos
-Ringan dan kecil
-Kiraan sehingga 5 digit angka
-Mempunyai kompas/penunjuk kiblat
-Tidak menggunakan bateri
-RM30 termasuk pos
ANDA TERTARIK?
NAK BELI?
MAAF, SAYA TAK JUAL PUN. SAYA BUKAN AGEN!
Saya cuma teringat sebuah hadith Rasulullah S.A.W ;
إِنَّهُنَّ مَسْئُوْلاَتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ
“Sesungguhnya jari-jari itu akan ditanya dan akan berbicara.”
(HR. Tirmidzi)
Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhu, ia berkata, mafhumnya ;
"Aku melihat Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam menghitung bacaan tasbih (dengan jari-jari) tangan kanannya.’”
(Hadits Shahih, riwayat Abu Dawud no. 1502, dan at Tirmidzi no. 3486, Shahiih at Tirmidzi III/146 no. 2714, Shahiih Abi Dawud I/280 no. 1330, al Hakim I/547, al Baihaqi II/253).
Tidak ada dalil shahih yang menerangkan bahwa Rasulullah S.A.W berzikir menggunakan subhah (kalung biji-bijian).
Di masyarakat kita disebut tasbih karena digunakan untuk bertasbih.
Menurut Abdullah bin Amr bahwa Rasulullah S.A.W menghitungnya dengan tangan kanannya bukan dengan kedua tangannya (kanan & kiri).
Terdapat banyak nas yang tidak menyetujui penggunaan alatan untuk bertasbih atau berzikir. Antaranya :
Dari Aisyah, yaitu ketika melihat seorang wanita dari Kulaib yang menghitung dzikirnya dengan bijian. Aisyah berkata: "Mana jarimu? (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Al Mushnaf, no.7657, dalam sanadnya terdapat jahalah (orang yang tidak diketahui))
Dari Abdullah bin Mas’ud, dari Ibrahim berkata : "Abdullah bin Mas’ud membenci hitungan (dengan tasbih) dan berkata: Apakah mereka menyebut-nyebut kebaikannya di hadapan Allah? (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Al Mushnaf, no.7667 dengan sanad yang shahih)
Dari Ash Shalat bin Bahram, berkata : Ibnu Mas’ud melihat seorang wanita yang bertasbih dengan menggunakan subhah, kemudian beliau memotong tasbihnya dan membuangnya. Beliau juga melewati seorang laki-laki yang bertasbih menggunakan kerikil, kemudian memukulnya dengan kakinya dan berkata: Kamu telah mendahului (Rasulullah) dengan melakukan bid’ah yang dzalim, dan kamu lebih tahu dari para sahabatnya. (Diriwayatkan oleh Ibnu Waddaah Al Qurthubi dalam kitab Al Bida’ Wa An Nahyu ‘Anha, hlm.12 dengan sanad yang shahih. Juga ada inqitha’, karena Ash Shalat tidak pernah mendengar dari Ibnu Mas’ud)
Dari Sayyar Abi Al Hakam, bahwasanya Abdullah bin Mas’ud menceritakan tentang orang-orang Kufah yang bertasbih dengan kerikil di dalam masjid. Kemudian beliau mendatanginya dan meletakkan kerikil di kantung mereka, dan mereka dikeluarkan dari masjid. Beliau berkata: Kamu telah melakukan bid’ah yang dzalim dan telah melebihi ilmunya para sahabat Nabi.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Waddaah Al Qurthubi dalam kitab Al Bida’ Wa An Nahyu ‘Anha, hlm.11 dengan sanad yang shahih. Juga ada inqitha’, karena sayyar tidak pernah mendengar dari Ibnu Mas’ud)
Dari Amru bin Yahya; dia menceritakan pengingkaran Abdullah bin Mas’ud terhadap halaqah di masjid Kufah yang orang-orangnya bertasbih, bertahmid dan bertahlil dengan kerikil. (Riwayat selengkapnya, lihat sunan Ad Darimi, Kitabul Muqaddimah, hadits no.206. Juga disebutkan dalam Tarikh Wasith, Aslam bin Sahl Ar Razzaz Al Wasithi. Syaikh Al Albani menshahihkan sanad hadits ini dalam As Silsilah Ash Shahihah, hadits no.2005)
Adapun yang membawa masuk alat tersebut ke dunia Islam dan yang pertama kali memperkenalkannya ialah kelompok-kelompok tariqat atau tasawuf; disebutkan oleh Sidi Gazalba sebagai hasil kombinasi pemikiran antara Islam dengan Yahudi, Kristen, Manawi, Majusi, Hindu dan Budha serta mistik Pytagoras. Wallahu'alam!
Tidak ada dalil shahih yang menerangkan bahwa Rasulullah S.A.W berzikir menggunakan subhah (kalung biji-bijian).
Di masyarakat kita disebut tasbih karena digunakan untuk bertasbih.
Menurut Abdullah bin Amr bahwa Rasulullah S.A.W menghitungnya dengan tangan kanannya bukan dengan kedua tangannya (kanan & kiri).
Terdapat banyak nas yang tidak menyetujui penggunaan alatan untuk bertasbih atau berzikir. Antaranya :
Dari Aisyah, yaitu ketika melihat seorang wanita dari Kulaib yang menghitung dzikirnya dengan bijian. Aisyah berkata: "Mana jarimu? (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Al Mushnaf, no.7657, dalam sanadnya terdapat jahalah (orang yang tidak diketahui))
Dari Abdullah bin Mas’ud, dari Ibrahim berkata : "Abdullah bin Mas’ud membenci hitungan (dengan tasbih) dan berkata: Apakah mereka menyebut-nyebut kebaikannya di hadapan Allah? (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Al Mushnaf, no.7667 dengan sanad yang shahih)
Dari Ash Shalat bin Bahram, berkata : Ibnu Mas’ud melihat seorang wanita yang bertasbih dengan menggunakan subhah, kemudian beliau memotong tasbihnya dan membuangnya. Beliau juga melewati seorang laki-laki yang bertasbih menggunakan kerikil, kemudian memukulnya dengan kakinya dan berkata: Kamu telah mendahului (Rasulullah) dengan melakukan bid’ah yang dzalim, dan kamu lebih tahu dari para sahabatnya. (Diriwayatkan oleh Ibnu Waddaah Al Qurthubi dalam kitab Al Bida’ Wa An Nahyu ‘Anha, hlm.12 dengan sanad yang shahih. Juga ada inqitha’, karena Ash Shalat tidak pernah mendengar dari Ibnu Mas’ud)
Dari Sayyar Abi Al Hakam, bahwasanya Abdullah bin Mas’ud menceritakan tentang orang-orang Kufah yang bertasbih dengan kerikil di dalam masjid. Kemudian beliau mendatanginya dan meletakkan kerikil di kantung mereka, dan mereka dikeluarkan dari masjid. Beliau berkata: Kamu telah melakukan bid’ah yang dzalim dan telah melebihi ilmunya para sahabat Nabi.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Waddaah Al Qurthubi dalam kitab Al Bida’ Wa An Nahyu ‘Anha, hlm.11 dengan sanad yang shahih. Juga ada inqitha’, karena sayyar tidak pernah mendengar dari Ibnu Mas’ud)
Dari Amru bin Yahya; dia menceritakan pengingkaran Abdullah bin Mas’ud terhadap halaqah di masjid Kufah yang orang-orangnya bertasbih, bertahmid dan bertahlil dengan kerikil. (Riwayat selengkapnya, lihat sunan Ad Darimi, Kitabul Muqaddimah, hadits no.206. Juga disebutkan dalam Tarikh Wasith, Aslam bin Sahl Ar Razzaz Al Wasithi. Syaikh Al Albani menshahihkan sanad hadits ini dalam As Silsilah Ash Shahihah, hadits no.2005)
Adapun yang membawa masuk alat tersebut ke dunia Islam dan yang pertama kali memperkenalkannya ialah kelompok-kelompok tariqat atau tasawuf; disebutkan oleh Sidi Gazalba sebagai hasil kombinasi pemikiran antara Islam dengan Yahudi, Kristen, Manawi, Majusi, Hindu dan Budha serta mistik Pytagoras. Wallahu'alam!
Adakah salah menggunakan alatan tasbih?
Tak salah. Tak timbul pula ia adalah perkara bid'ah yang perlu dijauhi. Masyarakat kini menggunakannya kerana masa mereka yang sangat terhad. Mereka perlu meletakkan target jumlah zikir atau tasbih yang mereka perlu capai setiap hari.
Cuma menurut pandangan saya, perkara terpenting yang perlu diberikan keutamaan semasa bertasbih atau berzikir ialah KUALITI bertasbih atau berzikir kita. Sebaliknya KUANTITI adalah perkara kedua.
Semasa bertasbih atau berzikir, hati perlu sepenuhnya tulus kerana Allah semata-mata. Memuji dan mengagungkanNya tanpa ada bayangan-bayangan lain yang mengganggu. Tanpa memikirkan perkara-perkara yang tidak ada kaitan dengan ibadah itu. Amat merugikan jika banyak bilangan tasbih yang kita rekodkan, tapi sambil lewa dan tidak ada hati... ia menjadi sia-sia, malah dikhuatiri tidak diterima dan mempermainkan pula.
Penggunaan jemari bukan sahaja menamkan rasa fokus yang tinggi, malah jemari yang rajin bertasbih menjadi "lembut" ruas-ruasnya. Malah ia adalah sunnah yang perlu diikuti. Tentu ada hikmah yang tersembunyi disebalik penggunaan jemari semasa bertasbih.
Gajet baru yang dicipta terkadang terlalu canggih. Sehinggakan timbul rasa riak dalam hati kerana memiliki gajet yang belum dimiliki oleh orang lain. Dalam hal ini, ibadah yang disertai penyakit hati, dikhuatiri tertolak dan sia-sia. Hmmm, yang cipta alatan tersebut pula bukan orang Islam...hmmm...
Marilah kita rajin-rajin bertasbih dan berzikir dengan hati yang ikhlas. Moga ia menjadi ibadah yang diterima dan menghadirkan ketenangan dalam hidup kita.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan